Oleh: Abd. Naddin Hj Shaiddin (wartawan Utusan Borneo , Sabah, Malaysia) PEREMPUAN Perempuan yang menuntun rindunya di meja-meja makan berapa banyak yang telah ia tawan dan terpikat pada racun hidangan perempuan yang mengusung kecewanya ke pesta-pesta berapa banyak yang telah ia hantarkan dalam kemabukan perempuan yang membawa sepinya ke lautan berapa kapal yang telah ia hanyutkan dan hempaskan ke karang-karang Ready Susanto, 2006 Berdepan dengan `perempuan yang rindu’, `perempuan yang kecewa’, `perempuan yang sepi,’ bagi penyair Ready Susanto, sama berbahaya. Apatah lagi jika perempuan yang dimaksudkan itu `menuntun rindunya di meja-meja makan,`mengusung kecewanya ke pesta-pesta’ dan paling berbahaya ialah `perempuan yang membawa sepinya ke lautan. Barangkali jika sekadar di meja-meja makan,risikonya hanya `terpikat racun hidangan’. Jika sekadar di pesta-pesta, risikonya hanya pulang dalam kemabukan. Tetapi `perempuan yang membawa sepinya ke lautan, berapa kapal yang telah ia hanyutk
Comments
kita tengah menuju dunia dengan penuh warna, meski itu harus membunuh jutaan warna yang dianggap biasa.
kita sedang menuju ke dalam sesuatu yang mewah itu, lantas kita terbunuh di dalamnya karena tak lagi bisa mengerti, mana yang nyata dan mana yang hanya mimpi.
kita bahkan tidak sedang kemana-mana sesungguhnya. hanya mampir ke dalam pikiran para hipokrit yang makin lama makin anjing itu!