ALBUM LAMA: PANGANDARAN

Sebelum senja, pelataran karang bagai padang, matahari berkumandang. Lazuardi putih, ombak serupa melati. Aku-engkau menyelinap di balik batu-batu, kepiting berhamburan, ikan-ikan pun menari. Dentuman mana memanggil di batas suara? Suara mana terdiam di batas telinga?

Sebelum senja, itulah masa gembira. Pantai yang berwarna, jauh ke takdir airmata. Aku-engkau belum kenal ragu, tak tahu arti cemburu. Ombak-pasir berpelukan mesra, tak ragu berbagi rahasia. Kita di mana? Ombak sedang menyepuh rambutmu, pasir sedang menyentuh jemariku. Kita ke mana? Ke laut.. ke laut..

Lalu, engkau menggandeng lenganku. Ke laut.. ke laut.. Sore itu hampir gelap, aku-engkau mengendap. Pantai nyaris tak berbekas, cuma debur ombak. Di bangku kayu itu kita menatap. Apa yang kau saksikan di lazuardi: masa depankah? Dukakah itu yang hampir tiba? Kita tak bercakap, semua dilipat hening, airmatamu bening.

Lalu, aku-engkau bertukar tatap, pasini di sini. Katamu, “Nanti kujemput dengan bahtera kejut, dari dalam palung laut.” Aku tahu, mungkin akan kutunggu, sesetia batu. Di laut, ombak tak pernah hirau akan waktu..

Citamiang, 9 Maret 2007; 13:54

Comments

Popular posts from this blog

BACA PUISI TANGISAN PADANG BERI KEINSAFAN KEPADA MASYARAKAT

Catatan Atas Sajak "Perempuan" Ready Susanto