WILAYAH DEBU

Kita, siapa atau apa? “Kita tak bernama, kakak,” katamu. Cuma sepasang debu semesta. Disatukan rindu di permulaan waktu. Ketika atom pertama meledak dan semesta pecah. Bahkan manusia tak ada, masih dalam rencana.

Kita, siapa atau apa? “Kita tak bernama, adik,” kataku. Cuma uap rindu yang mengepul, mengembang bersama semesta. Aku di tapal batas ini, engkau di sempadan sana, terpisah miliaran tahun cahaya. Dan manusia, ia gelisah menalar kita. Ingin membuat kapal cahaya, menyatukan kita seperti di awal rindu.

O, betapa tak tersentuh semesta-Mu.

Sinyalmu begitu redup disekap planet, bintang, dan galaksi. Tertabrak supernova, tersedot lubang hitam, compang-camping menerobos lubang cacing. Tapi ia tiba juga, seperti sepucuk berita dan dering genta sepeda pengantar pos. Kita, di mana atau ke mana?

Kita, di mana atau ke mana? “Kita tak terpeta, kakak,” katamu. Cuma senoktah zarah angkasa. Ditahbiskan cinta di awal semesta. Menanti dunia mengerut ke titik mula. Ketika atom terakhir berpeluk mesra (“Itukah kita?”). Dan manusia sudah tak ada, digulung kiamat besar tata surya.

Kita, di mana atau ke mana? “Kita terus saja bertanya, adik,” kataku. Gelisah memamah kosmos, merumuskan jutaan hukum dan teori, hari demi hari. Resah mencerna jagat raya, melantunkan miliaran risalah dan sajak, dari galaksi ke galaksi. Ingin mengerti yang sederhana, rindu apa yang Engkau sabdakan di fajar semesta?

Citamiang-Manglayang, 21-27 Mei 2007

Comments

Popular posts from this blog

BACA PUISI TANGISAN PADANG BERI KEINSAFAN KEPADA MASYARAKAT

Catatan Atas Sajak "Perempuan" Ready Susanto