PAGI MANGLAYANG SUATU KETIKA

Anak-anak, ke mana mereka akan mencari? Berselendang kabut dari bukit-bukit, mereka turun ke kota yang basah. Gunung-gunung di jauhan hijau-putih, udara masih begini bersih. Ada suara, ingatkah engkau kepada, embun pagi bersahaja, yang menemanimu sebelum cahaya?*)

Kini, sesudah cahaya. Mereka teruskan mencari embun yang sirna oleh gemuruh asap dari kota-kota. Lalu mantel mereka terhembus badai panas pepohonan yang rubuh-rusuh. Anak-anak yang riang, senandungnya di bukit-bukit yang meriang. Hanya tersampir sedikit kenangan dari musim hujan, bekas kabut seperti ulat bergelayutan di dahan-dahan alpukat.

Kini, apakah cahaya. Jalanan setapak menuju ozon yang rusak. Mereka bertanya, “Ozon? Pelawak dengan kumis cepak?” Hahaha.. Ada gelombang menyelinap menembus asap, perjalanan sunyi, yang kau tempuh sendiri... kuatkanlah hati, cinta...*)

Anak-anak, di manakah mereka? Kabut berselendang asap turun ke kota yang basah. Apartemen-apartemen di jauhan seperti gula-gula warna-warni. Di ujung jalan setapak hotel-hotel tegak. Lenyap sudah sisa hujan mengalir di beton-beton, jadi parade orkes pengiring rebah pohon-pohon.

Ayuhai anak-anak, ke manakah mereka?


Manglayang-Cileunyi, 30 Oktober 2007; 06:30

--------------
*) “Sebelum Cahaya” dari kelompok musik Letto

Comments

Popular posts from this blog

BACA PUISI TANGISAN PADANG BERI KEINSAFAN KEPADA MASYARAKAT

Catatan Atas Sajak "Perempuan" Ready Susanto