GUS, ACEP, DAN FARIDA PENULIS TERBAIK

Sabtu, 19 januari 2008 | 01:36 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Tiga penulis terbaik di bidang sastra, Gus tf Sakai, Acep Zamzam Noer, dan Farida Susanty, Jumat (18/1) malam di Atrium Plaza Senayan, Jakarta, dinyatakan sebagai pemenang dan meraih Penghargaan Sastra Khatulistiwa 2007-2008 masing-masing untuk kategori prosa, puisi, dan penulis muda berbakat.

”Sudah tujuh tahun Khatulistiwa Literary Award (Penghargaan Sastra Khatulistiwa) membuka jalan bagi terciptanya landasan susastra yang kokoh. Dan pencapaian hari ini merupakan sebuah ikon kesusastraan yang mempresentasikan keunggulan Indonesia dalam bidang sastra. Penghargaan ini digagas untuk membantu bagaimana penulis terus menulis,” kata Richard Oh, salah seorang penggagas Penghargaan Sastra Khatulistiwa.

Gus tf Sakai (42) menang melalui buku Perantau (penerbit Gramedia Pustaka Utama), menyisihkan empat finalis lainnya, yakni Andrea Hirata dengan karya Edensor, Cok Sawitri (Janda dari Jirah), Seno Gumira Ajidarma (Linguae), dan Dianing Widya Yudistira (Sintren).

Adapun Acep (48) dengan buku Menjadi Penyair Lagi menyisihkan empat finalis, yakni Soni Farid Maulana (Angsana), M Fadjroel Rachman (Dongeng untuk Poppy), Joko Pinurbo (Kepada Cium), dan Zen Hae (Paus Merah Jambu). Gus dan Acep masing-masing berhak atas hadiah uang Rp 100 juta.

Kategori Penulis Muda merupakan penghargaan yang baru dimulai tahun ke-7. Pemenangnya adalah Farida Susanty (18) dengan buku Dan Hujan Pun Berhenti, menyisihkan sembilan finalis lain. Farida meraih hadiah uang tunai Rp 25 juta.

Richard menyatakan bangga sebab karya-karya sastra Indonesia semakin dilirik penerbit asing. ”Diharapkan sastra Indonesia semakin mendunia,” ucapnya.

Menurut koordinator Dewan Juri, Donny Gahral Adian, untuk sampai pada tahap sebagai pemenang, dilakukan tiga tahap penjurian, dengan juri sebanyak 48 orang yang bekerja secara independen dan terpisah sama sekali dengan panitia. Mereka menilai lebih dari 180 buku prosa dan puisi.

”Tak perlu diragukan bahwa sebuah anugerah sastra tentu didasarkan pada nawaitu untuk menghargai, bukan saja kedalaman galian estetik pengarang dalam karyanya, tetapi juga menghargai pilihan hidupnya sebagai pengarang, menghargai jalan kepengarangan yang terjal penuh liku sebelum berbuah karya besar,” katanya.

Gus tf Sakai dalam sambutan tertulis, karena berhalangan hadir, mengatakan, dunia sastra harus berterima kasih kepada Richard Oh, yang sampai tahun ke-7 penyelenggaraan hadiah sastra ini tampak belum bosan, bahkan tak henti memikirkan bagaimana Penghargaan Sastra Khatulistiwa setiap tahun terus tumbuh. (NAL)

(Dari Kompas Online)

Comments

Popular posts from this blog

BACA PUISI TANGISAN PADANG BERI KEINSAFAN KEPADA MASYARAKAT

Catatan Atas Sajak "Perempuan" Ready Susanto