MENJADI FANA

Aku menjadi fana, katamu.
Dan engkau menangis, teringat mati, suatu pagi.

Tapi bukankah baru kemarin kita abadi? Aku tertawa, ingat saja senyummu bersahaja, yang kubilang pasti akan tahan lama.
Tidak, kakak. Aku menjadi tua. Di cermin itu sia-sia engkau mengingat, wajah ini yang terlupa.
Benar begitukah? Di cerminku, ingin aku menjadi muda, kerut-merut usia lenyap selalu disapu tawa.
Tetapi, Tidak, kakak. Tawamu itu pun telah menjadi fana. Ingin sekali aku tertawa, tertawa, tertawa. Tetapi airmatakah, airmata?

Aku pun, adik, kataku, menjadi fana.Kita menangis, teringat mati, pagi-pagi sekali.


Citamiang, 13 Maret 2008; 10:27

Comments

Kang Boim said…
puisi yang bagus...saya harus membacanya berulang-ulang kali untuk mengerti maksud dari puisi ini.....

salam kenal.....

Popular posts from this blog

BACA PUISI TANGISAN PADANG BERI KEINSAFAN KEPADA MASYARAKAT

Catatan Atas Sajak "Perempuan" Ready Susanto