ALBUM LAMA: TUBAGUS ISMAIL

— Seraya teringat Tuan Poespo

Di sana sejarah menunggumu dengan selembar sketsa, peta jalan yang kugambar di halaman kosong di belakang buku logika. Kau ingatkah doktor filsafat kita yang gelarnya lebih dari tiga? Ia menuntun kita menafsir rasa sedih, yang dimekarkan di sekujur jalan sejak pagi, ketika petugas jaga baru saja bubar dan pulang selepas dinihari.

Sketsa yang buram, warnanya cokelat menua (aku mungkin pakai pensil merek murah, ya?). Semurah itukah engkau memberi harga ketukan di pintu kamarmu? (Meski dengan senyuman terkembang yang selalu saja kurasa tak ternilai mahalnya).

Jalan sepenggal yang tergambar di sana, seperti tubuh yang kaku, dengan satu ujung bercabang ke utara. Simpang utara yang bercabang marah dan ragu. Engkau akan temukan persinggahan di pengujung yang satu, tempat yang selalu penuh sedih dan haru.

Aku menafsirkan kembali sketsa rasa sedih itu untukmu, dengan gelak dan mimik yang terlucu. Dan engkau pun menangis, sia-sia kukatakan padamu untuk menunggu petang, agar kita lebih pantas terluka oleh waktu. Mengapa pula kau ikhtisarkan kesedihan di halaman buku itu? katamu. Bukan, ini peta menuju masa yang ceria, hapuslah pagar dan pintu-pintu, putarlah arah utara-selatan semaumu. Biarkan kamarmu selapang cita-cita, pepohonan tumbuh di sana, burung-burung bersarang di mana-mana, rerumputan meninggi tempat kelinci berlarian kesana-kemari.

Demikianlah sejarah memandu kita dengan selembar sketsa yang selalu berubah gambarnya. Mengapa ada kedai bakso yang ramai di situ? Aku melukisnya sebagai toko buku kecil bertingkat dua yang lengkap koleksinya. Tak ada lagikah jalan bergelombang itu? Semuanya halus-mulus seperti kisahmu tentang sebuah kota khayal di benua sana. Begitulah. Sejarah seperti buku logika yang koyak halaman belakangnya saat engkau menulis surat cinta.
Ah, sejarah kan cuma kenangan yang kutambah-tambahi. Eh, bukan, bukan... sejarah hanya ingatan yang kau kurang-kurangi.


22 April 2010

Comments

Popular posts from this blog

BACA PUISI TANGISAN PADANG BERI KEINSAFAN KEPADA MASYARAKAT

Catatan Atas Sajak "Perempuan" Ready Susanto