Posts

Showing posts from June, 2007

WILAYAH DEBU

Kita, siapa atau apa? “Kita tak bernama, kakak,” katamu. Cuma sepasang debu semesta. Disatukan rindu di permulaan waktu. Ketika atom pertama meledak dan semesta pecah. Bahkan manusia tak ada, masih dalam rencana. Kita, siapa atau apa? “Kita tak bernama, adik,” kataku. Cuma uap rindu yang mengepul, mengembang bersama semesta. Aku di tapal batas ini, engkau di sempadan sana, terpisah miliaran tahun cahaya. Dan manusia, ia gelisah menalar kita. Ingin membuat kapal cahaya, menyatukan kita seperti di awal rindu. O, betapa tak tersentuh semesta-Mu. Sinyalmu begitu redup disekap planet, bintang, dan galaksi. Tertabrak supernova, tersedot lubang hitam, compang-camping menerobos lubang cacing. Tapi ia tiba juga, seperti sepucuk berita dan dering genta sepeda pengantar pos. Kita, di mana atau ke mana? Kita, di mana atau ke mana? “Kita tak terpeta, kakak,” katamu. Cuma senoktah zarah angkasa. Ditahbiskan cinta di awal semesta. Menanti dunia mengerut ke titik mula. Ketika atom terakhir berpeluk me

WILAYAH MENDUNG

: Pagi murung dengan istriku... Bahkan wajahmu tetap saja rembulan bagiku. Meski pagi mendung, kabut merundung. Kristal waktu jatuh seperti bulir-bulir padi, bernas serupa emas. Pagi ini takdir menerobos lewat genting kaca, matahari yang tersengal, seperti engkau di situ yang terpenggal. Kau adukan semua pada airmata. Dan aku, dapatkah aku setabah gunung batu? O, sayangku, cintaku, kekasihku. Betapa dingin waktu. Ia menerobos kamar tanpa ketuk pintu. “Masih terlalu pagi untuk murung,” kataku. Tapi bagaimana aku dapat sembunyikan ragu. Matamu basah, gemuruhnya jatuh ke muara-muara. Rambutmu luruh, lambaiannya jauh ke ngarai-ngarai duka. Betapa sendunya waktu, kekasihku. “Masih terlalu pagi untuk mendung,” kataku. Tapi bisakah aku memenjara kecewa? Memendamnya ke sebuah lubang hitam, menghimpitnya jadi zarah atom semesta. Dan suatu ketika ia meledak jadi semesta baru yang hanya cinta. Ah, betapa menyiksanya menunggu, kekasihku. “Duh, terlalu mendung, terlalu murung,” katamu.

DI SUATU TITIK DALAM WAKTU

: Life begins at forty... barangkali inilah satu titik dalam waktu ketika kita harus jadi penentu : mengubah atau pasrah Citamiang, 17 Mei 2007; 13:48